“Diplomasi telah gagal mencegah agresi” ungkap H. E. Dr. Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia dalam kegiatan Ambassadorial Lecture “War in Ukraine” pada Jumat (23/9) yang diselenggarakan atas kerja sama antara Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM dengan Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri sekitar 90 peserta yang hadir secara luring di Auditorium Mandiri lt. 4 FISIPOL UGM dan 50 peserta secara daring melalui Zoom.
Ungkapan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia tersebut memiliki arti yang mendalam dikarenakan hingga saat ini Ukraina masih berjuang untuk mengatasi invasi Rusia yang diawali dengan aneksasi Krimea pada tahun 2014, yang kemudian berlanjut menjadi invasi skala besar sejak Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung kurang lebih 8 bulan dan belum menunjukan tanda akan berakhir.
Tahun ini merupakan 30 tahun hubungan Indonesia dan Ukraina. Kehadiran Dubes Hamianin di UGM menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada Ukraina. Beliau memulainya dengan menceritakan mengenai sejarah panjang Ukraina dan Rusia, di mana Ukraina di masa lalu merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia, namun Ukraina selalu ingin melepaskan diri dikarenakan kepemimpinan tirani Rusia.
Dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina dapat menjadi negara merdeka, namun belum bisa terlepas sepenuhnya dari bayang-bayang dan kontrol Rusia di wilayah Eropa Timur. Dengan ambisi Rusia untuk kembali menjadi kekuatan global, Ukraina menjadi bagian penting yang tidak dapat dilepaskan. Zbigniew Brzezinski mengatakan bahwa “Tanpa Ukraina, Rusia tidak akan pernah bisa menjadi kekuatan global”. Rusia memulai invasi secara besar-besaran terhadap Ukraina dengan mengokupasi wilayah-wilayah yang berada di Timur seperti Kharkiv, Donetsk, Kherson, dan Luhansk.
Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan berbagai kerusakan dan menimbulkan korban perang. Saat ini kerusakan infrastruktur akibat invasi tersebut tercatat 200.000 transportasi pribadi, 130.000 perumahan, 2.472 institusi pendidikan, 934 fasilitas kesehatan, 924 fasilitas budaya dan olahraga, serta 433 perusahaan telah hancur akibat serangan Rusia. Serangan tersebut juga menyebabkan setidaknya 15 juta dari 40 juta populasi menjadi pengungsi.
Selama peperangan berlangsung ditemukan beberapa pelanggaran hukum humaniter internasional yang dilakukan oleh Rusia, beberapa diantaranya adalah deportasi paksa warga Ukraina di wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, pemerkosaan yang tidak beradab, serta penyanderaan dan penyiksaan terhadap tawanan perang. Menjelang berakhirnya kuliah umum ini, Dubes Hamianin, meminta warga dunia untuk mengutuk tindakan Rusia sebagai genosida terhadap warga Ukraina.
Pesan penting yang disampaikan oleh Dubes Hamianin dalam kuliah umum ini adalah bahwa untuk memahami dan menyikapi suatu fenomena atau permasalahan, kita semua tidak boleh malas untuk mencari tahu akar permasalahan. Penting sekali untuk melihat konteks dan sejarah. Dengan menggali informasi yang mendalam, maka kita tidak akan mudah terpengaruh oleh propaganda.
Kuliah umum diakhiri dengan pertukaran cindera mata Departemen Ilmu Hubungan Internasional kepada Kedutaan Besar Ukraina, dan sebaliknya. Kedutaan besar Ukraina memberikan kenang-kenangan yang di dalamnya terdapat puisi “Aku” oleh Chairil Anwar yang telah dialihbahasakan ke Bahasa Ukraina. Hal tersebut menandakan kedekatan masyarakat Ukraina – Indonesia dengan diterimanya salah satu sastra populer Indonesia di Ukraina.
Penulis: Arlitadian Pratama, Trystanto
Editor: Melisa Rachmania