Program Studi Magister Ilmu Hubungan Internasional sukses menyelenggarakan rangkaian diskusi kelompok terpumpun (FGD) dalam rangka meningkatkan kualitas dan menyesuaikan kurikulum dengan kebijakan akademik terbaru, khususnya Permendikbud 53/2023. Diskusi pertama berlangsung secara luring di Ruang Sidang Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) pada Selasa (11/6) dan dihadiri oleh 13 mahasiswa aktif serta jajaran pengurus DIHI. Sementara itu, diskusi kedua dilaksanakan secara daring pada Kamis (13/6) dan dihadiri oleh 6 orang perwakilan alumni dan mitra.
Rangkaian diskusi diawali dengan pemaparan Ketua Program Studi Magister, Dr. Muhammad Rum, terkait rancangan struktur kurikulum baru yang disusun oleh Prodi. Beberapa poin pokok paparan, antara lain: (1) menambah total SKS dari 45 SKS menjadi 54 SKS dengan menambah bobot SKS per mata kuliah, (2) melanjutkan dua minat studi (MAIR dan DTC); (3) melebur konsentrasi di bawah MAIR; dan (4) menyederhanakan jumlah mata kuliah pilihan.
Dalam sesi tanya-jawab, baik peserta diskusi pertama maupun diskusi kedua, mayoritas sepakat terhadap rencana peningkatan beban SKS per mata kuliah dengan mengonversi penyiapan tugas-tugas kelas sebagai beban belajar mahasiswa. Di samping itu, para peserta juga sepakat dengan susunan mata kuliah dan peleburan konsentrasi yang diusulkan oleh Prodi.
Di sisi lain, para mahasiswa dan para alumni memiliki poin masukan yang berbeda untuk pengembangan kurikulum Prodi. Pada diskusi pertama dengan mahasiswa, poin masukan banyak mengarah pada pembagian substansi yang lebih jelas antara satu mata kuliah dengan yang lain agar tidak tumpang-tindih. Para mahasiswa juga mengusulkan berharap beberapa topik seperti kemaritiman dan keamanan siber dapat diakomodasi.
Sementara itu, masukan dari para alumni dan mitra pada diskusi kedua lebih banyak mengarah pada aspek pengembangan kerja sama dan prospek lulusan. Ketua Departemen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, Karina Utami Dewi menyampaikan saran untuk memperkuat pengembangan kompetensi jurnalistik, diplomatik, dan transnasional di tingkat magister. Sementara itu, Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), Agus Haryanto menyampaikan bahwa kurikulum DIHI UGM, secara substansi sering menjadi rujukan bagi prodi-prodi HI lainnya di Indonesia. Beliau kemudian menyarankan agar DIHI mempertimbangkan pengembangan program pendukung seperti fast-track, double degree, dan joint-degree. Salah seorang alumni sekaligus dosen Hubungan Internasional Universitas Udayana, Ni Nyoman Clara Dewi menyarankan peningkatan jumlah kerja sama internasional dan proyek riset kolaboratif antara dosen dengan mahasiswa, sehingga dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mahasiswa.
Dalam penutupnya pada sesi diskusi kedua, Dr. Muhammad Rum menyampaikan ucapan terima kasih atas seluruh pihak yang telah berkolaborasi berasama memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas kurikulum Prodi S-2. Seluruh saran yang disampaikan oleh mahasiswa, alumni, mitra, dan industri akan ditampung dan menjadi kajian dalam agenda lokakarya kurikulum DIHI UGM.
****
Penulis: Rifqie Zullian
Penyunting: Nurhawira Gigih Pramono