Kamis lalu (27/10), Institute of Internasional Studies (IIS) mengadakan diskusi bulanan yang menggali pemikiran YB Mangunwijaya dalam Hubungan Internasional. Diskusi ini berlandaskan tulisan Rizky Alif Alvian, yang juga pembicara dalam diskusi ini, dengan judul “Dalam Bayang-Bayang Imperialisme: Tentang YB Mangunwijaya dan Pemikiran HI Non-Baratâ€. Diskusi yang diselenggarakan di Ruang Rapat IIS ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan peneliti.
YB Mangunwijaya, atau yang disapa Romo Mangun, dikenal sebagai seorang arsitek, rohaniawan, penulis dan juga aktivis. Di samping itu, Romo Mangun juga memiliki pandangan-pandangan yang dapat menjadi solusi bagi permasalahan teoritik Hubungan Internasional. Namun, pemikiran-pemikiran Romo Mangun tersebut jarang dikenal dan diskusikan secara luas.
Pemikiran Romo Mangun didasarkan pada asumsi antropologis beliau mengenai manusia. Manusia memiliki hati nurani yang berisikan kebenaran. Namun, hati nurani manusia tidak sempurna dan terus menerus berkembang. Hati nurani pun juga dapat mati. Seseorang yang hati nuraninya telah mati tidak lantas akan berbuat jahat. Hati nurani yang mati akan menyebabkan manusia tidak dapat membedakan perbuatan baik dan perbuatan jahat. Nasionalisme yang dangkal, seperti ungkapan “right or wrong its my countryâ€, memberikan kontribusi pada matinya hati nurani. Pada situasi hati nurani yang mati inilah imperalisme dapat terjadi. Tanpa menyadari permasalahan hati nurani tersebut, satu imperialis hanya akan digantikan oleh imperalis lain, sedangkan imperalisme akan terus berlanjut. Romo Mangun merangkai imajinasi ideal suatu dunia tanpa imperialis karena tidak ada imperialisme. Di titik ini, pendidikan menjadi faktor yang penting untuk membentuk nurani manusia.
Ilmu Hubungan Internasional memiliki corak Eurosentrisme yang kuat. Hal ini direspon oleh para pemikir Hubungan Internasional dengan mengangkat prespektif-prespektif non Barat yang selama ini terpinggirkan. Meskipun para pemikir telah mengangkat prespektif Non-Barat, tetapi pada akhirnya akan ada kemiripan dengan teori-teori Barat, terlihat dari masih adanya unsur imperlisme, mana yang ditindas dan menindas, membalik struktur antara penindas dan yang ditindas. Di sinilah, Pemikiran Romo Mangun dapat menjadi alternatif sebagai pemikiran Non Barat.
Kegiatan diskusi ini memperkenalkan langkah baru bagi diskusi bulanan IIS selanjutnya. IIS berencana mengadakan diskusi dua kali sebulan, yaitu setiap minggu kedua dan keempat. Kegiatan diskusi tersebut diharapkan dapat memberikan ruang bagi dosen maupun mahasiswa untuk memdiskusikan hasil riset dan tulisannya.