Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM mengadakan Diskusi Bulanan ke-6 di tahun 2021 pada hari Jumat, 17 September 2021. Diskusi Bulanan kali ini membahas topik “Hubungan Australia-Indonesia di Era Pandemi COVID-19” dan menghadirkan Dr. Dafri Agussalim, MA, dosen DIHI UGM yang mendalami studi Australia sebagai pembahas. Menurut Pak Dafri, topik ini penting untuk dibahas karena ada asumsi bahwa di era pandemi ini negara-negara di dunia cenderung berperilaku egoistik dan fokus pada kepentingan politik dalam negerinya sendiri, termasuk Australia dan Indonesia yang sibuk menangani COVID-19 di dalam negeri. Namun Pak Dafri ingin menunjukkan bahwa meskipun sibuk menangani pandemi di dalam negeri, komitmen Australia untuk memperkuat dan mempertahankan hubungan baiknya dengan Indonesia tidak berubah, terutama dalam aspek hubungan ekonomi dan politik keamanan.
Indonesia sebagai kekuatan politik dan ekonomi yang sedang berkembang di kawasan Asia menjadi pasar potensial bagi produk- produk Australia. Indonesia juga menjadi salah satu mitra utama Australia dalam menjaga keamanan di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, peran penting Indonesia di ASEAN menjadikan Indonesia sebagai “pintu masuk” bagi Australia ke kawasan Asia Tenggara dan ASEAN. Indonesia juga menjadi negara “penghalang” terhadap potensi ancaman militer dan ancaman non-tradisional dari Utara. Indonesia juga terbukti menjadi “teman” baik Australia secara ideologis dan politis di forum-forum internasional.
Sebaliknya, Indonesia juga memiliki kepentingan terhadap Australia yang cukup besar. Australia merupakan mitra strategis Indonesia dalam mengatasi ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional, misalnya dalam kasus pengungsi, terorisme, migran ilegal, penyelundupan narkoba, dan lain-lain. Indonesia memandang Australia sebagai kekuatan politik, ekonomi, dan militer di kawasan Pasifik Selatan, yang menjadikan Australia sebagai partner penting Indonesia dalam kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan.
Selain faktor internal dari masing-masing negara, terdapat faktor eksternal yang berasal dari geopolitik, geoekonomik, dan geostrategis kawasan yang mendorong hubungan Australia dan Indonesia semakin kuat. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah munculnya Cina sebagai kekuatan baru dan melemahnya posisi AS sebagai kekuatan ekonomi, politik, dan keamanan dunia; adanya persaingan superpower (Cina dan AS) di kawasan; semakin memanasnya konflik di Laut Cina Selatan; serta adanya potensi ancaman instabilitas politik dan kemanan di negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Salah satu wujud nyata dari hubungan baik Indonesia dan Australia di era pandemi COVID-19 ini adalah meningkatnya bantuan pembangunan Australia ke Indonesia. Pak Dafri menunjukkan data terbaru yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia di mana pemerintah Australia akan memberikan bantuan pembangunan resmi (ODA) sekitar $4 miliar pada tahun 2020-2021. Bantuan Australia tidak hanya meningkat secara nominal, tetapi juga dalam keragaman program, dan masih menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan ODA Australia terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, kedua negara memiliki The Australia-Indonesia Economic Cooperation Partnership (AIECO). Saat ini, AIECO menjadi inti dari kemitraan ekonomi Australia dengan Indonesia dengan alokasi indikatif untuk investasi sebesar AUD 145 juta selama lima tahun (2018-2023) dengan opsi untuk perpanjangan tiga tahun.
Perkembangan terakhir hubungan Australia-Indonesia di era pandemi COVID-19 ini adalah diadakannya pertemuan 2+2 antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Australia dan Indonesia pada tanggal 9 September 2021 lalu di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen untuk memperdalam kerja sama di bawah lima pilar Comprehensive Strategic Partnership yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Scott Morrison pada tahun 2018.
Dalam hal penanganan COVID-19, Australia dan Indonesia membentuk kembali kemitraan pembangunan bilateral untuk mendukung respons kesehatan, sosial, kemanusiaan, dan ekonomi Indonesia. Australia juga memberikan pinjaman sebesar AUD 1,5 miliar untuk mendukung ketahanan ekonomi Indonesia, serta menyediakan peralatan dan pasokan medis penting dan 2,5 juta dosis vaksin ke Indonesia tahun ini. Hal ini menegaskan kembali komitmen Australia dan Indonesia untuk mendukung akses yang tepat waktu dan adil terhadap vaksin COVID-19 yang efektif sebagai bagian dari pemulihan regional bersama, termasuk melalui partisipasi dalam fasilitas COVAX multilateral.
Pada akhir diskusi, Pak Dafri menyimpulkan bahwa di tengah kesibukan dan kesulitan yang dialami oleh Australia dan Indonesia dalam menangani pandemi COVID-19 di dalam negeri masing-masing, kedua belah pihak tetap menunjukkan komitmen dan perhatiannya yang tinggi untuk menjaga dan mengembangkan hubungan bilateral kedua negara di berbagai bidang, terutama di bidang ekonomi, politik, dan keamanan. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Australia terhadap Indonesia di era pandemi COVID-19 juga menegaskan kembali arti penting Indonesia bagi Australia, dan begitu juga sebaliknya.
__________________
Penulis: Melisa Rachmania
Editor: Arlitadian Pratama