DIHI menyelenggarakan kegiatan Purna Tugas Prof. Dr. Mohtar Mas’oed dengan tema ‘Meretas Batas-batas Ruang Akademik dan Aktivisme’ pada 7 November 2019 di Auditorium lantai 4, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.
Sebagai guru besar dalam bidang ilmu politik, Mohtar Mas’oed dikenal sebagai seorang intelektual yang mampu membuat batas-batas antara ruang akademik dan aktivisme luruh. Ia mengawali beberapa studi penting di Indonesia, mulai dari ekonomi politik internasional, pemikiran politik, metodologi hubugan internasional, perbandingan sistem politik di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin, hubungan transnasional, demokrasi, hingga gender dan politik.
Hal tersebut membuat beliau dikenal sebagai seorang “generalis” yang wawasan keilmuannya mewarnai perjalanan intelektual murid-muridnya. Di sisi lain, Ia juga secara konsisten memotori serta terlibat aktif dalam berbagai inisiatif masyarakat sipil dan kerja-kerja advokasi untuk ekonomi hijau dan pelestarian lingkungan, dialog antariman, serta penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Talkshow ini menghadirkan pembicara yang berproses bersama dan belajar dari sosok Mohtar Mas’oed. Pembicara tersebut antara lain Duta Besar RI untuk Republik Ceko Prof. Dr. Salim Said, Wakil Dekan FISIPOL Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, dan putri sulung Mohtar Mas’oed, Luki Aulia. Talkshow yang dihadiri oleh lebih dari 200 orang ini membincangkan kiprah Mohtar Mas’oed sebagai seorang kawan, keluarga, guru, akademisi, maupun aktivis yang banyak berkontribusi bagi keilmuan dan kemanusiaan.
Pada acara tersebut, Audiens juga dibuat terpukau dengan pemutaran film dokumenter mengenai perjalanan Mohtar Mas’oed berjudul “Merawat Pertanyaan Pertanyaan” karya Yosep Anggi Noen (Limaenam Films), sutradara yang selama ini sukses menghasilkan karya-karya film dan memenangi berbagai festival film di dalam maupun luar negeri, seperti Istirahatlah Kata-Kata, Ballad of Blood and Two White Buckets, dan The Science of Fictions.
Sementara itu di area luar Auditorium, digelar pameran berjudul “Di Ruang Tunggu” yang dikuratori oleh Studio Malya, sebuah kolektif seni beranggotakan beberapa alumni FISIPOL UGM yang tahun ini berhasil terpilih menjadi perupa muda di Biennale Jogja Equator #5. Pameran ini mempertunjukkan berbagai karya dan kisah perjalanan intelektual maupun aktivisme Mohtar Mas’oed yang dikemas secara artistik.
Kendati sudah resmi pensiun sebagai PNS, para dosen, mahasiswa, dan alumni Ilmu Hubungan Internasional UGM mendukung Mohtar Mas’oed untuk tetap mengajar dan membimbing murid-muridnya di UGM. Dukungan ini disampaikan dengan meramaikan #MohtaRefire di media sosial, yang diambil dari slogan Mohtar Mas’oed dalam menghadapi masa pensiunnya: “Refire, Not Retire.”
Penulis : Husna Yuni Wulansari
Editor: Novi Dwi Asrianti