Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Diskusi Terbatas bersama Mr. Johnson Liu, Direktur Ekesekutif SABRI (Students Association of Belt and Road Initiative) Tsing Hua University, dengan tema The Future is Asian: A Chinese Suggestion Called ‘Belt and Road Initiative’.
Kegiatan ini diadakan pada hari Rabu, 20 Februari 2019 di Ruang Sidang Dekanat Fisipol UGM, dan dimoderatori oleh Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, selaku Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM.
Belt and Road Initiative (BRI) adalah sebuah strategi pembangunan yang diadopsi oleh pemerintah Tiongkok yang melibatkan pembangunan infrastruktur dan investasi di negara-negara Eropa, Asia, dan Afrika. ‘Belt’ mengacu pada rute darat untuk transportasi jalan dan kereta api, yang disebut sebagai ‘Sabuk Ekonomi Jalur Sutera’, sedangkan ‘road’ mengacu pada rute laut, atau Jalur Sutera Maritim abad ke-21.
“Pada tahun 2025, sektor-sektor lain, seperti sektor teknologi, manufaktur, real estate, logistik, dan pergudangan, akan diuntungkan oleh peningkatan infrastruktur”. Tegas Liu.
Lebih lanjut, Liu menjelaskan bahwa dampak BRI tidak akan terasa merata. Negara-negara dengan perekonomian kecil dan beberapa negara perekonomian menengah di wilayah BRI akan menjadi yang pertama merasakan dampak, karena efek dari proyek-proyek besar menyebar dan memberi manfaat besar bagi negara-negara tersebut.
Lima negara yang menempati posisi teratas dalam Produk Domestik Bruto (PDB) wilayah BRI antara lain India, Rusia, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki. Kelima negara tersebut lebih terbuka terhadap pemain lokal maupun asing dalam perekonomiannya, dan menyumbang hingga 46% dari total PDB wilayah BRI (tidak termasuk Tiongkok).
Kegiatan yang berlangsung selama 2 jam ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, pemberian cindera mata, dan sesi foto bersama.
Penulis: Melisa Rachmania
Editor: Novi Dwi Asrianti