Prodi Magister Ilmu Hubungan Internasional, bekerja sama dengan ASEAN Studies Centre Fisipol UGM, sukses menyelenggarakan diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (FGD) untuk pengembangan International Graduate Program on ASEAN Community Studies pada Kamis lalu (28/7). Diskusi yang dilaksanakan daring via Zoom ini mengundang para staf pengajar dan peneliti kajian ASEAN dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam sambutan pembukanya, Dr. Muhammad Rum selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu HI UGM menyampaikan bahwa kegiatan diskusi terpumpun ini merupakan bagian dari pengembangan kurikulum berkala sekaligus upaya internasionalisasi Prodi Magister. Kehadiran IGPACS sebagai minat khusus baru di bawah Prodi diharapkan mampu membangun satu fondasi akademik yang kuat bagi kolaborasi-kolaborasi terkait kajian ASEAN pada khususnya, dan kawasan Asia Tenggara pada umumnya, di kawasan.
Diskusi terpumpun ini turut mengundang berbagai pihak sebagai pemantik diskusi. Pemantik diskusi pertama ialah Okky Madasari, seorang novelis dan sosiologis yang kini merupakan kandidat PhD. di National University of Singapore. Okky menekankan betapa pentingnya memahami aspek budaya untuk mendalami upaya membangun komunitas dan identitas bersama di bawah Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Kajian budaya juga berperan penting sebagai pintu pembuka untuk membangun rasa kebersamaan dan kepemilikan terhadap identitas yang dibangun di kawasan. Oleh karena itu, menurut Okky, kurikulum IGPACS perlu memberikan ruang yang lebih luas bagi mata kuliah yang mengedepankan aspek kebudayaan dan inisiatif gerakan akar-rumpun alih-alih membahas inisiatif di tingkat elite semata.
Pemantik diskusi yang kedua, Dr. Sameer Kumar, menyampaikan wawasan dan pengalamannya selaku Koordinator Program Studi International Masters in ASEAN Studies (IMAS) di Asia-Europe Institute, University of Malaya (Malaysia). Di AEI-UM, pembelajaran studi ASEAN menggunakan perspektif regionalisme. Pada semester kedua dan ketiga, mahasiswa kemudian memiliki pilihan untuk memperdalam isu-isu regionalisme yang dikomparasikan dengan yang terjadi di Uni Eropa. Secara substanstif, Kumar setuju dengan Okky bahwa penting untuk memperluas aspek pembahasan tentang isu-isu akar-rumput yang terjadi di ASEAN. Beberapa isu usulan Kumar, antara lain, mobilitas pekerja, perubahan iklim, kesehatan, atau kesiapsiagaan bencana.
Sementara itu, pemantik diskusi yang ketiga, Prof. Yuzuru Shimada (Koordinator Graduate School of International Development, Nagoya University) menyampaikan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam membahas kajian mengenai ASEAN. Di samping itu, mahasiswa biasanya juga berminat untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan spesifik selama berkuliah. Di Nagoya University, terdapat beberapa mata kuliah mengenai pengantar metode riset dan metode riset lanjutan. Tujuannya agar mahasiswa bisa memiliki keterampilan yang seimbang antara metode kualitatif dan kuantitatif.
Penulis: Nurhawira Gigih Pramono